AGEN BOLA - Sembilan
belas tahun telah berlalu namun kenangan akan peristiwa perjarahan dan
kerusuhan atas etnis Tionghoa yang menjadi sasaran di tragedi 19 Mei 1998
masih terekam jelas di memori Bambang.
Bambang yang saat itu berusia 22 tahun menjadi saksi pilu
atas tragedi kelam yang terjadi di Jakarta. Bambang pun bersama teman-temannya
mencoba untuk menyelamatkan diri dari situasi yang tengah panas.
Saat itu, kebetulan kakak Bambang tengah berada di daerah PIK (Pantai Indah Kapuk) untuk suatu urusan. Bambang yang khawatir langsung
mencari keberadaan sang kakak. Sayangnya saat Bambang bersama teman-temannya
tiba di depan pintu gerbang PIK, sejumlah satpam menghadang perjalanan mereka untuk menerobos masuk ke dalam perumahan PIK.
Bambang pun mencari ide dengan cara mencoba mencari rute
lain. Mendadak di tengah perjalanan, sekumpulan orang etnis Tionghoa yang
berjumlah sembilan orang meminta pertolongan Bambang untuk membawa mereka ke
Bandara Soekarno Hatta dengan imbalan sejumlah uang.
Situasi yang semakin panas dengan terjadinya pembakaran gedung-gedung di sejumlah
tempat, alhasil Bambang pun ketakutan karena nyawa mereka akan menjadi taruhannya.
Namun hati nurani Bambang yang tiga tega mengingat ada beberapa anak kecil dan bayi serta sejumlah uang yang ditawarkan,
Bambang pun akhirnya mencari akal.
Sembilan orang tersebut pun didandani seperti sedang terluka
dengan dilumuri cairan yang serupa dengan darah. Lalu Bambang pun menyetop
ambulans dengan berteriak,” darurat..darurat”.
Singkat cerita, sembilan orang tersebut pun berhasil
melarikan diri dengan selamat berkat aksi Bambang dan kawan-kawannya. Tanpa
diduga, Bambang menerima uang sejumlah 86 juta dalam kantong kresek hasil jerih
payahnya yang telah menolong sembilan orang etnis Tionghoa tersebut.
No comments:
Post a Comment